MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG
EFEKTIF
Setiap sesuatu mempunyai ruh atau esensi. Ruh sebuah lembaga pendidikan
adalah kualitas proses belajar-mengajar yang diciptakan. Sebuah upaya membangun
lembaga pendidikan yang efektif, apapun bentuknya menjadi tak bermakna bila
tidak dibarengi dengan upaya menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi
siswa.
Beberapa hasil penelitian tentang sekolah yang efektif (effectiveness
school) membuktikan bahwa kecerdasan atau prestasi belajar siswa sangat
ditentukan oleh lingkungan belajar (learning environment) sekolah. Oleh
karena itu yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi yang efektif agar
setiap siswa bisa mengembangkan dirinya secara optimal. Semakin kondusif
lingkungan belajar sebuah sekolah, semakin besar pula kemungkinan prestasi
belajar yang dicapai anak, demikian pula sebaliknya.
John Vaizey (1962) dalam sebuah artikel klasiknya Education for
Tomorrow menyerukan betapa pentingnya ‘persamaan kesempatan dalam
pendidikan’. Ia menolak asumsi bahwa setiap anak dilahirkan dengan tingkat
kecerdasan bawaan yang berbeda. Sebaliknya ia dengan tegas mendukung pandangan
bahwa semua anak memiliki tingkat intelektual yang sama. Kemampuan lebih
merupakan hasil pencarian ketimbang anugerah. Seorang anak bisa menjadi lebih
atau kurang cerdas di samping tergantung pada kondisi keluarga dimana ia
pertama kali mengawali hidupnya, juga pada lingkungan sosial dan pendidikan
yang ia alami. Di sinilah sebuah sistem pendidikan, seperti madrasah atau
sekolah, diharapakan dapat memainkan peranan penting dalam pembentukan
intelektualitas, emosi dan spiritual anak. Sekolah atau madrasah seharusnya
menjadi wadah pemupukan kecerdasan setiap siswa, dan di atas segalanya,
menjamin agar setiap siswa mendapat kesempatan belajar yang sama dan layak.
Secara intrinsik, ide tentang sekolah yang efektif adalah juga merupakan
respon terhadap harapan agar sekolah menjadi tempat dimana semua siswa dapat
belajar dengan baik. Sekolah yang efektif mengukur keberhasilan siswa tidak
dalam kondisi absolut di luar jangkauan sekolah –seperti latar belakang ekonomi
atau pendidikan orang tua- tapi dalam hal nilai tambah (value added)
yang bisa diberikan sekolah bagi pengembangan kemampuan siswa. Filosofi bahwa
keberhasilan akademis yang rendah dan perilaku eksentrik siswa secara absolut
merupakan masalah individual anak atau keluarganya adalah pandangan yang salah
kaprah. Oleh karenanya tidak bisa
lagi dijadikan alasan bagi rendahnya prestasi akademis siswa. Jadi sebuah
lembaga pendidikan yang baik tidak lagi mempersoalkan kualitas input
yang diterima, tapi menfokuskan diri pada penggunaan metode-metode efektif yang
mampu meningkatkan kemampuan mereka.
Perlunya membangun sekolah
yang efektif menjadi sebuah kemestian. Kualitas input yang umumnya
rendah, hendaknya menjadi pemicu semangat untuk membuktikan bahwa sebuah
lembaga pendidikan benar-benar bisa memberikan nilai tambah bagi perkembangan
siswa yang kebetulan tumbuh di lingkungan keluarga yang kurang beruntung.
Sekolah yang efektif perlu dibangun dengan asumsi dasar bahwa prestasi siswa
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor absolut siswa saja (seperti latar belakang
sosial, kecerdasan dan motivasi), tetapi lebih dari itu, juga oleh faktor
kelas, sekolah (madrasah) dan kebijakan pendidikan. Dengan paradigma di atas diharapkan
madrasah atau sekolah menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas. Sehingga
dapat merubah input yang apa adanya menjadi output yang mumpuni
dan siap bersaing dalam percaturan dunia.